Selamat berlebaran buat masyarakat yang merayakan.
Buat saya dan WN Jakarta, sudah dua hari ini melihat langit yang sangat biru bak di Bali. Kalau saya ingetnya seperti di Papua. Warna biru yang se-Subhanallah itu tentu saja dibarengi dengan terik dan panasnya udara hingga seperti 40C.
Nah, ngomong ngomong tentang Bali. Ide menarik saya lakukan bersama keluarga tanggal 14-16 Maret 2020 yang lalu. DImana terjadi sesaat setelah suspect positive corona dikemukakan ke publik. Yang sebelumnya adalah dimana kita tahu kalau Indonesia bebas covid selama 3 bulan. Luar biasa ya... Cuma nasib udah berkata dan tiket sudah ditangan. Jadilah kita jalan ke Bali.
Karena saya berlibur ke Bali dengan keluarga, jadi saya tidak pergi ke tempat tempat hits yang banyak kerumunan massa nya. Kala itu Bali tidak menjadi red zone (sampai saat ini sih...). Selama dua malam pun kami habiskan di daerah Ubud. Tidak ada yang namanya jalan jalan ke daerah Kuta, nonton Tari Barong, Kecak, atau sekedar ke Pasar Ubud.
Ada kalanya kami sempat ke daerah dengan kerumunan, seperti GWK. Tetapi kami cuma makan gellato dari luar saja. Gerombolan anak sekolah masih leluasa tanpa pakai masker seperti tidak ada pandemi sama sekali. Pantai pantai yang kami kunjungi pun tampak sepi sudah di akhir pekan. Jadi di awal tanpa dresscode yang proper kita sebentaran kesana. Oiya, tidak ada turis dari Cina sama sekali ya. Dengar dengar mereka sudah pindah ke pulau lain isunya. Wallahualam. Karena banyak pesawat direct dari Wuhan ke Denpasar begitu juga sebaliknya.
Bagaimana dengan perjalanan ke Ubud. Lancar jaya. Begitu juga ke daerah daerah lain. Kafe tidak perlu menunggu lama. Tempat tracking pecalang, paddy field sepi, dan lain sepi sepinya. Sebagai kaum introvert, buat saya hal ini adalah yang saya sukai. Tidak ramai namun bersama dengan orang orang terdekat.
Tapi deep on my heart apakah saya setenang itu? Oh tentu tidak, beberapa kali saya sempat diare karena asam lambung yang naik. Alasannya? Berbagai news di media massa menyampaikan jika Jakarta akan lock down. Kebayang kalau saya gak bisa pulang dan bingung harus ngomong apa ke kantor. Terlbih waktu itu baru skenario WFH yang akan dijalankan. Terlebih beban ganda yang menyatakan salah satu gejala awal terinfeksi corona adalah diare ringan. Hiks....
Jujur tidak senyaman itu berlibur di awal awal masa Pandemi. Sempat ada berita satu orang bule yang meninggal di jalan raya. Setelah dicek ternyata negative covid dan dinyatakan OD mabok alkohol. Wallahualam 2 juga. Mental saya seperti naik turun ketika berlibur. Lihat pemandangan happy, lihat handphone stress. Dan saya tidak bisa menjadi orang yang hanya hidup di hari ini. Pikiran saya harus ada juga untuk masa depan. So, dont say im stupid that still holding my phone. Karena saya gak seignorant itu untuk tiba tiba bolos ke kantor.
Ini tuh cerita sedih ya kayanya (not smth nice) tp kok ngakak ya bacanya 🙏😂.
ReplyDeleteGejala diare hbis baca berita itu psikosomatis ya kl istilahnya psikiater. Threadnya smpt trend di Twitter pas awal2 kemunculan neneng kofid ke jagat raya
Ini namanya liburan waswas, untungnya bisa kembali dengan selamat kan mas?
ReplyDeleteSemoga pandemi segera berlalu dan kita bisa mulai bisa lebih bebas keluar rumah lagi