Sunday, July 8, 2018

Secuil Tentang Turki dan Tips Pilih Travel

Kalau membaca blog atau cerita perjalanan di Turki di internet, beberapa mainstream sekali isinya. Contohnya, naik balon udara, pose di Library Ephesus, atau makan Turkish Ice Cream yang dipermainkan oleh penjualnya. Betul kan? Karena itu saya ingin menulis sesuatu yang berbeda. Tapi, CMIIW, pengalaman ini ditarik dan disimpukan saya selama 8 hari menginjakan kaki di Turki. I am open for any correction.


Batas Suci Mesjid/Musholanya Beda
Beberapa kali di tempat belanja atau lokasi wisata, saya sengaja ambil posisi paling depan kalau berjalan bersama rombongan tur. Tujuannya gak muluk muluk kok. Pertama, supaya dapet foto tanpa kerumunan orang banyak. Kedua, kalau ada yang bagiin sampel gratis, saya yang bisa nyicipin terlebih dahulu  :p

Tapi, ada satu cerita yang agak berbeda gara gara saya start nya duluan. Bisa jadi saya yang agak kurang beruntung. Tepatnya ketika petang, di mesjid yang bernama Isa Bey. Lokasinya ada di Kusadasi. Nggak semua tur travel pergi ke mesjid ini. Untuk masuk ke area halaman mesjid, ada undakan tangga yang tidak terlalu tinggi. Sesampainya di atas,  terdapat taman kecil yang di kelilingi reruntuhan bangunan khas romawi yang masih terjaga keasriannya. Ternyat, reruntuhan ini memiliki material yang sama dengan Kota Kuno Ephesus. DI tengah taman tersebut terdapat lokasi wudhu dan kursi yang menghadap Masjid Isa Bey.

Lokasi Masuk Gerbang Masjid Isa Bey

Karena saya kurang tertarik dengan taman yang kecil. Saya masuk menuju masjid paling awal. Begitu saya mau masuk melewati pintu, refleks alas kaki yang saya pakai dilepas sebelum pintu. Dimana ada lantai dari awal masuk pintu hingga undakan yang beralaskan karpet. Saya pun jalan dengan kaki telanjang sambil mengamati interior masjid yang dibangun di tahun 1374. Lalu, seorang Bapak Tua pun langsung bertanya asal saya dari mana? Setelah saya jawab, dia memanggil saya sambil sibuk menulis sesuatu di secarik kertas. “Eh dapat lotere nih” pikir gua.

Tapi ternyata harapan itu pun sirna #yakeles. Di secarik kertas yang hanya berukuran 10x10cm ternyata dijelaskan dengan bahasa Indonesia. Kalau batas suci di masjid itu adalah ketika kaki ini akan naik ke atas karpet. Bukan seperti di Indonesia yang tepat sebelum tempat wudhu atau pintu masuk masjid.


Lah terus karena saya sudah kepalang dibilang haram atau najis. Jadilah saya pakai sepatu secepatnya (supaya gak dipelototin). Saya pun ikut mewarning rombongan yang mau masuk dan melepas alas kaki persis seperti saya. Bapak yang tadi pun juga masi sibuk untuk mewanti wanti rombongan yang datang setalahnya.


Sebenernya walau udah pernah diwarning, kami seringkali kagok untuk menyesuaikan dengan budaya setempat. Berbagai cara WNT (Warga Negara Turki) memfasilitasi jamah yang mau shalat supaya kakinya tetap bersih nan jauh dari najis. Contohnya, ada mushola yang memberikan sandal (Tapi seringnya jumlahnya sedikit) atau ada juga yang menyediakan tisue. Jadi sepatu dicopot tepat di lokasi wudhu. Dan di atas kerannya sudah disediakan tisue gulung yang bisa diambil sebanyak banyaknya untuk mengeringkan kaki. Alasan kedua kagoknya menurut saya, karena perginya sesama orang Indonesia. Jadi kebiasaan banget buat copot sepatu dengan bebasnya. 

Walaupun sudah melewati pengalaman tersebut. Di hari terakhir ketika akan shalat Dzuhur di Bandara Sabiha. Marbot yang jaga Mushola tetap ngomelin karena.... kita juga sih yang gak inget. Intinya selesai wudhu, lap deh tuh kaki yang basah dengan tisue yang sudah pasti ada dan disediain gratis tis. Beda sama di Indo yang sabun belum tentu ada. Apalagi tissue....

Males Adzan
Kalau dilihat dari letak geografisnya, entah kenapa otak saya suka sekali berpikir kalau negara negara yang berdekatan dengan Saudi Arabia lebih mudah untuk menerapkan praktik ajaran agama islam. Apalagi kalau merdekanya sudah lama. Dan yang memerdekakan memang benar benar teguh memegang nilai nilai islam.

Turki yang sangat terkenal dengan cerita perebuatn Konstantinopel (bagian negaranya yang ada di Eropa) oleh Muhammad Al Fatih, sangat jomplang ketika negaranya dipimpin dengan sistem kekuasaan yang sekuler. Yaitu berlangsung sejak tahun 1930-an. Salah satu cirinya, adalah bangunan Hagia Sophia yang dirubah fungsinya dari mesjid menjadi museum hingga saat ini. Nah sampai sekarang interior museum ini juga masih banyak aktifitas renovasi. Alasan dilakukannya dan rumornya tidak akan pernah selesai karena khawatir dialihfungsikan kembali menjadi mesjid oleh masyarakat Turki.

Nah, sebagai masyarakat Indonesia yang pernah mendengar sayupan berita berita nan indah ketika Presiden Erdogan didukung penuh oleh WNT. Terutama ketika adanya berita kudeta kedua dimana bandara sampai dikuasai militer. Ada lagi video dan berita yang menunjukkan WNT shalat subuh berjamaah yang memenuhi masjid masjid. Pasttnya membuat saya makin penasaran tentang WNT ini dalam mempraktikan syariat islam.


Rasa penasaran saya mulai terjawab secara tidak memuaskan perlahan lahan. Dimulai dari kota pertama yang saya sambangi ketika datang ke Turki, Bursa. DI Bursa, kayaknya semua warga Indo yang ikut travel rata rata dibawa ke hotel KarvenSaray. 
Sebelum rombongan turun dari Bus untuk beristirahat dan makan. Semuanya diingatkan bahwa akan ada morning call ke setiap kamar jam 5 pagi untuk Shalat Subuh. Kalau berpatokan ke aplikasi shalat, saat itu waktu dimulainya subuh adalah jam 4.57 pagi. Maka pasti kami shalat jam 5 pagi. Sesudahnya, kami pun siap siap untuk berkemas. Nah ini dia gongnya. Pada pukul 5.20 baru lah terdengar suara adzan subuh dari luar hotel. Jadi lah kami bertanya tanya, siapa ini yang eror? Aplikasi handphone atau masjid setempat?

Sesampainya di bus, banyak anggota rombongan yang bingung dengan adzan yang gak sesuai ini. Lokal guide yang bersama kami pun menjelaskan. Kalau ternyata Habit WNT memang malas malas. Jadi adzan dikumandangkan biasanya 20-30 menit setelah waktu yang real time atau seharusnya. Waduu...

Salah satu bucket list saya juga pingin membuktikan masjid yang penuh di waktu subuh. Eh gak taunya, mesjid yang diceritakan itu adanya di Ankara, Ibukota Turki. Laah, saya pikir di mesjid kota besar kayak Istanbul. Jadi agak gagal ya memahami negara tetangga yang jauh ini.

Penyayang Binatang
Menurut  gua. Warga turki termasuk Negara Asia yang sayang sama binatang. Entah itu binatang peliharaan atau binatang liar. Sewaktu gua berkunjung ke SaffronBolu dan Camica Hill, anjing anjing yang berkeliaran dipakaikan klip di kupingnya. Setau saya, kalau ini dikakukan buat sapi potong Australia, fungsinya sebagai alat penanda dan pelacak. 

Kemudian, entah kenapa dari awal saya tiba sampai pulang. Belum menemukan kucing atau anjing yang tidak terurus. Rata rata semuanya gemuk gemuk, bersih, rambutnya mengilap dan terawat. Kalau jenisnya, seingat saya semuanya adalah kucing ras.

Ketika saya menunggu bus yang tidak kunjung datang di satu perempatan. Saya pun memerhatikan satu buah staff dari restoran yang sudah menyiapkan makanan khusus untuk kucing yang datang. ‘Wew berati kesadaran saling menyayangi sudah sampai tahap hewan ya!’ 



Tidak hanya itu, di hotel Capadoccia tempat saya menginap, memberikan informasi di Buffet Section-nya, kalau sisa makanan nantinya diberikan kepada hewan. Ada yang pernah bercerita ke saya, saking sayangnya dengan hewan hewan inj. Jika musim dingin tiba, maka hewan hewan itu juga boleh masuk ke pertokoan (bener gak ya?).



Non Helem
Nah, karena saya menggunakan tur dan seringnya lewat jalan jalan besar (seperti tol antar kota), beberapa kali saya melihat banyak pengendara motor (yang nggak sebanyak di Jakarta) melintasi bus kami dengan laju yang cepat. Eh, tapi yang nyetir, nggak pakai helm pengaman kepala! 

Waktu saya konfirmasi ke teman yang pernah sekolah di Turki. Katanya pakai sepeda motor dianggap sepadan dengan pengemudi sepeda kayuh (lho...).

Tips tips Pilih Travel ke Turki
Nah, ini yang mungkin pastinya kalau udah ada kata kata travel suka males banding bandingin rute perjalanannya. Saya pun juga begitu... Apalagi cuma tahu kalau kota yang menjadi destinasi utama hanya Istanbul dan Cappadocia. Selain itu, yaa ikut aja lah.... 

Perlu diketahui, range harga tur termahal (angka mahalnya nanti tergantung USD ya) pada waktu musim semi dimana tulip tulip lagi berkembang. Periodenya adalah minggu satu dan dua April. Sedangkan biaya tur yang agak rendah adalah ketika musim dingin. Pengalaman teman saya, pada saat musim dingin, rencana naik balon udaranya pun gagal total. Kenapa? Ya karena isinya kabut semua. Jangankan naik balon udara, kontur landscape tanahnya pun pasti juga gak kelihatan toh!

Terkadang beberapa travel juga memiliki andil andil tambahan kota mana yang menjadi extra daripada paket yang kita ambil. Kalau yang saya pakai, kemarin paket tambahannya adalah wisata di Kota Saffronbolu selama satu hari. 

Ketika saya tanyakan kepada dua rekan yang mengambil travel berbeda. DImana mereka cuma menginap dan lewat saja, pendapatnya tentang Saffronbolu mengecewakan. Padahal kota tuanya cantik. DImana ada pengrajin baja dan mesjid yang sudah dari zaman baheulah disana. Bahkan sudah dinobatkan oleh Unesco menjadi warisan budaya dunia.

Kontur di Saffronbolu
Tips selanjutnya adalah memesan balon udara jauh jauh hari dari travel lokal yang sudah terkenal. Hmm.. Memang sih kalau ikut travel dan sudah include dengan balon udara, tips ini tidak perlu dilakukan. Tapi kalau belum. Harganya bisa berbeda jauh! Maklum harga naik balon udara kalau di kurs kan ke rupiah bisa dua juta an sendiri. Tapi kalau pesan jauh jauh hari bisa 3/4 nya, lumayan kaan...

Tips terakhir adalah jangan kaku kaku banget sama schedule dari Tur. Bepergian wisata ke Turki memiliki effort bak kucing mau kawin. Tiap hari pindah penginapan. Jadwal bepergian pun padat! Beberapa anggota tur saya, ambruk di hari terakhir. Nah, saking padatnya jadwal, biasanya rombongan baru akan sampai penginapan pukul 20.00 malam. Sehingga kalau mau pergi setelah tur selesai kayaknya agak susah.

Beberapa kali, saya dan beberapa rombongan yang gak bisa diem berimprovisasi sedikit. Ketika ada di Ephesus, rombongan Indonesia lebih seneng foto foto sendiri. Jadi, saya dan Kakak saya mencoba memisah ke arah yang lebih jauh dan mendapatkan banyak situs yang lebih dilihat. Kemudian, ketika akan berjalan dari istana Topkapi menuju restoran di satu Hotel Boutique, lagi lagi kami memisah sebentar ke satu gereja bernama Bassilica SIstern. DImana gereja tersebut ada di bawah tanah dan menjadi satu tempat film dan novel Inferno yang dimainkan oleh Tom Hanks. Atau pada malam hari di Istanbul dan Cappadocia (tergantung lokasi hotel sih), kami ngabur sebentar 1 jam hingga 2 jam ke tempat keramaian terdekat. Walaupun cuma mall, tapi menarik hati buat dikunjungi (maklum anak kota). 

Hasil ngebolang malam di Saffronbolu
Ada kalanya karena traffic di Istanbul seperti di Jakarta, membuat jadwal tur menjadi terganggu. Waktu itu, rombongan saya memilih tidak jadi pergi ke Grand Bazaar.
Alasannya karena waktu yang bisa dipakai hanya 30 menit. Sedangkan the power of belanja khalayak ini pasti tidak terbendungi lagi. Menurut saya, kalau memang pingin sekali ke Grand Bazaar, ada baiknya pergi sendiri memisah dari rombongan. Toh, ada uber saat ini, jadi kemana mana juga tidak akan kesasar.

Cerita teman saya yang tur dengan travel lain, tidak jauh berbeda. Dia pun cuma punya waktu 30 menit di Grand Bazaar tetapi voting tertinggi memang merelakan waktu sedikit tersebut untuk pergi kesana. Nah, tapi waktu menjadi semakin ngaret. Karena apa? Karena ada satu pasutri rombongannya yang entah kesasar dan dicari cari sulit sekali. Saya pun juga berkali kali waktu ngacir sesaat ditelp or message oleh Tur Leader, tapi saya bisa membuktikan kalau on time.

Cheers

No comments:

Post a Comment