Wednesday, December 9, 2015

Hilang sewaktu umrah ! (3 End)

Masjidil Haram memiliki luas bangunan ± 656.000 m², dapat menampung 730.000 jamaah dalam satu waktu sholat berjamaah pada hari biasa. Pada musim haji, lebih dari 1 juta jamaah memenuhi hingga luarnya. Jadi, ibaratnya kalau Masjid Istiqlal itu Masjidil Haram, barisan jamaah yang shalat bisa sampai Monas (Kali yaa...).

Syariat kedua setelah kita menjalani thawaf adalah melakukan Sa'i. Sa'i ini sendiri adalah ibadah yang kita lakukan untuk mengingat perjuangan Istri Nabi Ibrahim, yaitu Siti Hajar saat mencari sumber mata air di tangah gurun tandus, di antara bukit Shafa dan Marwah. Saat ini tempat Sa'i lah yang kita tuju.

Sebelumnya dalam buku karangan Agus Mustofa juga sudah diterangkan jika sekarang agak sulit mendalami perjuangan Siti Hajar. Kenapa? Karena setting dari kedua bukit tersebut sudah sangat diubah. Pada saat kita memulai Sai dari bukit Shafa (yang tidak terlihat seperti bukit), terdapat diorama tumpukan batu yang menggambarkan kontur tanah berbatu. Kemudian terdapat jalur panjang menuju Bukit Marwah. Viewnya seperti yang ada di bandara jika kita akan memasuki gate pesawat. Di tengahnya pun sama persis, terdapat "jalur khusus" yang hanya digunakan oleh jamaah yang memakai kursi roda. Kemudian pada beberapa sisi terdapat lampu neon hijau. Disitulah, dianjurkan para jamaah berlari lari kecil.
Pada saat awal kita melakukan Sa'i, semuanya saling mengingatkan untuk mengamati sekitar. Siapa tahu si Ibu X juga melakukan Sa'i dengan jamaah lain. Poin penting buat saya, adalah jangan sampai merasa sombong karena beruntung bukan saya yang hilang. Berkali kali saya istigfar dalam hati meminta untuk dihilangkan dari sifat itu.

Tujuh kali melakukan Sa'i yang notabennya tidak ramai, di dalam gedung ber-ac, dan memiliki lantai marmer ternyata cukup menguras tenaga juga yah. No offense lah, kalau ini sudah jam 2 pagi. Toh, sepanjang pagi sampai sore tidak melakukan pekerjaan yang berat! Tapi si Ibu X ini juga belum terlihat batang hidungnya. 

Hingga akhirnya selesai tujuh kali dalam proses Sa'i, kita berdoa bersama sama yang menandakan bahwa Sa'i telah selesai dilakukan. Kemudian proses Tahalul atau mencukur rambut. Bagi yang pria, disunahkan sampai habis atau benar benar gundul. 

Ada rasa plong ketika ibadah umrah ini selesai dilakukan. Tetapi tetap saja, karena si Ibu X belum diketemukan, bukan berarti ibadah Umrah ini selesai dengan komplit. Itu adalah kewajiban satu rombongan untuk menemukan beliau. 

Keluar dari area Sa'i menuju ke hotel kembali, saat ini kami tepat berada di lantai 2 ring untuk melakukan thawaf. Dari lantai itulah, terlihat Ka'bah dengan angle yang oke untuk dijadikan latar belakang foto, Karena sebelumnya kita fokus ibadah terlebih dahulu, jadi baru sekarang lah kami bisa berfoto. 

Awalnya kita berfoto bergantian sesuai dengan keluarga atau muhrim masing masing. Ketika, gilirannya kami akan foto semuanya secara bersama-sama. Tiba tiba muncul Ibu X dari kejauhan. Ibu X langsung lari dan memeluk salah satu teman sekamarnya. Pak Ustadz pun dan kita langsung mengucap syukur Alhamdulillah berulang kali. 

Barulah kali itu saya merasa bahwa ibadah umrah pagi itu benar benar selesai.

"Ibu tapi sudah selesai umrahnya? Sudah sa'i? Sudah tahalul/bercukur?", kata Pak Ustadz dengan gembira

"Sudah Pak, tadi saya bareng sama rombongan Ibu ini, yang dari Surabaya"

Si Ibu Surabaya yang menemaninya pun terharu hingga meneteskan air mata ketika melihat Ibu X bisa kembali bertemu dengan kita semua. Katanya, si Ibu X setelah shalat sunnah di depan Ka'bah tadi, langsung mengejar seseorang yang memilki tas berwarna sama dengan rombongan kami. Setelah diperhatikan dari dekat, ternyata jamaah tersebut bukanlah salah satu anggota jamaah kita. Karena panik, dia meminta bantuan sesama orang Indonesia yang juga terbilang banyak dalam melakukan ibadah umroh.

Beliau mengungkapkan ketika sedang panik paniknya, dia ingat apa kata Pak Ustadz. Serahkanlah semuanya kepada Allah. Pelan pelan perasaan paniknya hilang dan bisa konsentrasi menjalankan ibadah Sa'i dengan khusyuk.

Kami pun mengucapkan terimakasih berkali kali kepada si Ibu Surabaya ini. Setelah kita foto bersama, hari pertama kami di Mekkah pun usai. Kami kembali ke hotel untuk istirahat sejenak, dan kembali melakukan shalat subuh bersama di Masjid itu kembali.

Saat umrah kedua di hari kemudiannya dilakukan, Alhamdulillah tidak ada yang terpencar dari rombongan. Semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Akhir dari postingan ini, saya berterimakasih kepada Pak Ustadz Arifin Djayadiningrat dan Ustadz Jamal yang sudah menuntun kami dalam melakukan ritual umrah. Salah satu pengalaman yang tidak dapat kami semua lupakan. 




.

No comments:

Post a Comment