Arnold hidup di tengah hiruk pikuk kota Jakarta. Dengan perawakan kurus tapi berbadan tegap, Arnold pernah menjadi seorang satpam di sebuah Bank Swasta, Namun karena mendapatkan peluang yang lebih baik, Arnold berpindah profesi menjadi seorang pramuniaga di outlet baju ternama di sebuah mall. Karir Arnold menanjak setiap tahunnya hingga kini menjadi supervisor.
Berlatar belakang keluarga yang sangat sederhana, Arnold hidup apa adanya. Walau sudah memiliki penghasilan yang lebih dari cukup, namun dia kerap tidak berfoya foya atas apa yang dia dapatkan. Setiap kali shalat di mushala manapun, dia tidak lupa menyedekahkan hartanya meskipun tidak banyak. Katanya, "yang sedikit tapi sering itu lebih baik dibandingkan yang banyak tapi jarang".
Begitupun dengan peminta atau pengamen yang ada di jalanan. DIa dengan mudahnya memberikan sedikit uang yang sudah dia siapkan sebelum perjalanan. Padahal himbauan untuk tidak memberikan kaum miskin papa yang ada di jalanan sudah banyak. Namun katanya tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Kadang sayapun tertegun kalau sudah keluar firman tuhan dari mulutnya. Bahwa orang beriman itu salah satu cirinya adalah berbuat kebajikan dengan memberikan harta kepada orang yang meminta-minta.
Ketakwaan Arnold pun sangat patut dicontoh. Arnold sangat sabar kalau menghadapi masalah. Jarang sekali emosinya terpancing apabila ada suatu masalah. Dengan sabar ia diam menganalisis masalah tersebut dengan logikanya, menghirup nafas dalam dalam, menahan emosi, dan menyampaikan pendapatnya dengan penuh kasih sayang. Sempurna sekali orang ini dihadapan Tuhan?
Namun apa boleh dikata, manusia bisa berencana tetapi tuhan yang menentukan. Sudah tiga bulan ini Arnold tidak tampak di tempat dia bekerja. Rekan kerjanya merasa beban kerjanya bertambah setelah dia tiada. Banyak stafnya yang sedih kalau mengingat ingat kebaikannya, ajakannya untuk beribadah, atau motivasi kerja keras. Kalau saja waktu bisa berputar kembali, jangan kau ambil arnold dari dunia ini. Semoga.
No comments:
Post a Comment