Mengisi kekosongan di perjalanan saya mau cerita tentang perjalanan kkp
saya ke karimunjawa di tahun 2010. Di saat orang-orang bepergian kkp-nya
ke Kalimantan, Riau, bahkan desa sebelah kampus, bisa jadi saya adalah
orang yang beruntung kalau tempat kkp saya adalah daerah wisata turis
turis asing. Yang jelas saya ada sedikit ganjalan sebagaimana dipaparkan di paragraf dua.
Kalau umur makin jalan makin bisa membaca diri sendiri. Dulu
(mungkin sampe sekarang) saya adalah orang yang pemikirannya lurus. Dulu saya kesal karena pada akhirnya belum banyak yang bisa saya berikan ke penduduk setempat ketika saya KKP. Padahal kalau dipikir memang ilmu kita baru sedikit banget, dalam hitungan dua bulan masa iya bisa memberantas gizi buruk atau menjadikan semua masyarakat Karimunjawa menerapkan Pedoman Umum Gizi Seimbang? Tapi kalo bisa mengulang kembali, saya pingin menjadikan momen
lalu itu menjadi lebih hepi dan fun bukan beban dan kecemasan.
Well, bagaimana gua bisa kesana? Adalah tercapainya salah satu impian seorang
muslimah di jurusan lain. Sebutlah namanya Citra. Dia pingin banget
untuk meneliti daerah pesisir disana, dan proposalnya berhasil untuk
disetujui dosen. Dan tiba-tiba, sayalah yang dari jurusan gizi terpilih buat
kesana. Singkatnya dalam satu tim terpilihlah orang orang yang relasinya belum dekat bahkan kebanyakan kita baru saling kenal.
Dulu nih, pergi kesana perjuangan banget. Kita adalah rombongan pertama
yang berangkat dibanding teman yang lain. Keberangkatan kita dari kampus
pas banget setelah pelepasan resmi pak rektor. Dan kami meninggalkan
kampus dengan sangat dramatis. Hujan deras mengguyur seisi bogor. Dari kampus hingga kami sampai PO bus di bilangan sukasari hujan masih men'dadahi; kami..
Bus yang kita naikin berlabuh di Semarang dan menempuh waktu setengah hari. Dari situ kita lapor ke kepolisian hutan dan berangkat ke jepara dengan travel. Di
jepara pun mesti nginep dulu di mess kehutanan yang sekelilingnya hutan
kota. Temen-temen perempuan yang parno ngeliat tempat tidur berkelambu
memilih untuk tidur di kamar tanpa lampu. Dan kita yang cowo tidur di
ruang tamu. Paginya baru sadar kalau di kamar, cewe mereka tidur
beralaskan kardus. Salah satu temen saya ngomel-ngomel gak karuan. Lah,
kan situ sendiri yang gak mau tidur di kasur kata saya.
Paginya kita harus bergegas naik kapal feri yang sangat besar namanya KMP Muria. Transportasi KMP muria dari Jepara ke Karimunjawa ditempuh dalam waktu 6 jam perjalanan saja. Bosen banget intinya, dari mulai foto, keliling kapal, bercandaan, sampe tidur dan ngebego kita
lakuin. Di kapal itu juga kita bisa ngeliat
strata sosial. Jadi ada golongan bawah dan atas. Saya dan temen-temen
termasuk yang ke bawah dengan cover dandanan ngegembel nan lusuh
kecapean. Salah satu geng golongan atas adalah kumpulan ibu-ibu rumpi
yang berprofesi guru dan mereka sudah mengeluh kulitnya kering karena
angin pantai (padahal masi di kapal).
Singkat cerita kita udah nyampe dengan selamat di Karimunjawa yang lautnya biru banget tapi gak keliatan pantainya dimana. Kita didampingin Pak
Ahmad pegawai kepolisian hutan setempat buat sampe ke mess yang akan kita tinggalin sebulan. Satu hal, kita sangat
"terkagum kagum" dengan jalanan yang agak mendaki gunung. Kita udah mupeng
aja pingin liat pemandangan pantai yang bagus, tapi yang terlihat cuma
perumahan dan pelabuhan yang makin lama makin gak keliatan.
Begitu sampe di mess kita langsung bebersih dan lainnya. Sorenya kita
udah keluyuran mau nyari pantai yang bagus tanpa nanya penduduk
setempat. Kita berjalan ngikutin insting, syukur syukur nembus dan nemu
pemandangan yang bagus. Akhirnya kita sampai ke gang sempit ditengah
pepohonan yang kayanya menuju ke pepantaian.
Setelah tembus, kita udah ngeliat laut yang biru keemasan karena pancaran matahari terbenam. Tapi mana pasirnya? Ternyata disitu bukan pantai pasir tapi pantai karang. Harapan bisa ngeliat pantai di hari pertama sudah pupus. Akhirnya kita mengitari pantai menuju ke arah pelabuhan, dan kita nemu pondok pondok kecil yang hawanya gak enak. Disitu kita gak sotoy buat nanya arah pulang ke mess supaya gak kesasar karena udah mau malem. Sesampainya kita pulang, ternyata pondokan itu adalah tempat prostitusi. Kenapa insting hari pertama begitu ya?
No comments:
Post a Comment