Thursday, December 13, 2012

12-12-12

Lagi-lagi tanggal mulai dibuat berita yang menggemparkan. Hari yang dispesialkan atau diidam-idamkan. Banyak media massa yang memitoskan hari tersebut dengan kiamat, bencana, dan marabahaya yang sedemikian rupa. Tidak lupa juga, banyaknya pemberitaan kelahiran anak-anak pada tanggal tersebut. Bahkan jokowi mengusap perut ibu yang hamil saja menjadi sorotan media.

Dulu, tepatnya pada tahun 1999, kita semua akan menyambut datangnya milenium baru yaitu tahun 2000. Banyak sekali pemberitaan yang menyangkut pautkan bencana sebelumnya seperti kebakaran hutan, gempa bumi, longsor, dan banjir dengan akhir dari dunia ini. Belum lagi korelasinya dengan ramalan nostradamus dari abad sebelumnya. Hal ini sungguh membuat sebagian masyarakat merasa terancam. Apalagi, media yang ada tidak secanggih sekarang. Umumnya orang hanya mendapatkan dari sumber yang sama. Kalau sekarang kan bisa mengetahui referensi dari dunia luar.

Dulu, saya masih duduk di bangku empat sd. Anak sd tahu apa sih mengenai benar dan salah? Yang kita tahu seluruhnya adalah harusnya betul. Tentunya karena pola maunya menang masi lekat di umur tersebut. Beberapa hari sebelum tanggal 9 september, saya sempat meminta dibelikan majalah yang menulis headline kiamat sudah dekat. Covernya berwarna merah darah bergradasi hitam dengan gambar kobaran api dimana-mana. Sebuah pesan yang membuat anak umur 9 tahun semakin takut dengan isu hari tersebut. Setelah saya dibelikan dan membaca-baca, ketakutan saya akan tanggal tersebut semakin bertambah. Bukannya malah memecahkan solusi.

Kekhawatiran tersebut ternyata bukan hanya milik saya semata. Sewaktu sudah mencapai hari yang dimitoskan. Diskusi dan obrolan sesama bocah ingusan juga membahas topik tersebut. Bahkan ada yang berinisiatif untuk minta maaf kepada semua teman di kelas. Melihat kondisi yang absurd ini, Pak Hendri, wali kelas saya mulai mencari jalan tengah. Karena saya bersekolah di sekolah islam, maka kami diingatkan kembali pada rukun iman yang terakhir yaitu percaya pada hari kiamat. Dimana tidak ada satu makhluk tuhan pun yang bisa memprediksi hari tersebut. Tsunami Aceh atau Jepang yang bukan kiamat besar saja tidak ada yang tahu, kenapa orang bisa mengekspektasikan kiamat yang lebih besar? Akhirnya waktu demi waktu berlalu, pelajaran kian selesai hingga kami sadar, waktu telah menunjukkan pukul 9.30. Kamipun lega tidak terjadi apa-apa.

Setelah kejadian hari itu, saya berpikir bahwa ramalan bangsa maya. Lalu kiamat kiamat sebelumnya hanyalah suatu jalan untuk penulis atau media lain menjadikan suatu berita yang bisa mengisi relung dihati para penikmatnya. Untuk yang tidak menikmati, bisa melakukan hal yang lebih berguna lainnya.

No comments:

Post a Comment