Sudah lama tidak menulis kisah bersama orang-orang asing ini. Padahal
ceritanya cukup seru hehe. Kali ini saya mau menuliskan pengalaman dan
sharing pelajaran buat anda yang akan menjamu tamu import. Yaa, kebetulan aja saya kenalnya orang Jepang jadi mereka lah yang bisa saya ceritakan.
Tamu tamu tersebut berdatangan di awal tahun 2012. Jumlahnya
ada tiga orang dan semuanya lelaki. Mereka tidak bisa
datang sekaligus karena kesibukan kuliah dan penelitian yang berbeda-beda. Sebagai warga
negara yang baik, terpaksa saya dan teman-teman di Bogor selalu sigap membagi jadwal dan
membawa mereka kemanapun juga #Alah. Dari mulai shopping, makan-makan, cycling, wall hanging, hingga ke toilet. Berhubung kami semua juga sok-sok sibuk waktu itu, umumnya sih mengerjakan penelitian atau skripsi tapi kita senang lho mendapat feedback yang positif dari mereka at the end.
Tamu pertama yang datang
adalah Tsubasa. Tsubasa.bilang dia mau backpaking ke Indonesia hingga ke bagian
timur. Wait, berarti dia ke papua dong? Iya betul, dia ke akan ke
Papua. Mak! saya aja belum pernah sampe sana #hiks.
Begitu kami mau memasuki kedatangan, tiba-tiba dari arah pintu yang akan kita masuki kebuka. Dan si Tsubasa udah nongol aja gitu. Ibarat kalau itu komik-komik jepang, mulut kita udah turun ke bawah dan ada satu tetesan keringat besar di belakang kepala. Tsubasa pun sangat terkejut bisa ketemu kita disini (harusnya kan dia nungguin kita bukan keliling sendirian). Yowislah, yang penting bisa ketemu.
Penampilan Tsubasa udah siap sekali mau backpaking walau rada-rada semi turis. Tsubasa yang bertopi jerami memakai atasan kaos putih dengan celana pendek warna pink, kamera SLR digantungin di leher, dan dia membawa satu tas backpack besar warna hitam dipanggul dengan satu tas kecil di tangan sebelah kanan.Walau mau backpacking tapi tetap kenyamanan bersandal jepit diterapkan oleh dia. Kalau diinget-inget mirip orang yang heboh belanja baru ikut reality show easy money-nya Helmy Yahya #eh.
Komentar pertama Tsubasa dia bilang gerah banget ya Jakarta, sambil ngibas-ngibas kerah baju. Gua ma ary cuma bisa ngelapin pake tisue toilet.
Karena kita juga ngantuk, akhirnya kita buru-buru cabut ke rumah saya naik taksi bertiga. Sampainya di rumah, kita cuma bisa istirahat tiga jam. Habis sarapan, Ary pergi ke stasiun gambir untuk beliin si Tsubasa tiket ke Surabaya sedangkan saya sama Tsubasa berangkat ke Bogor yang tentunya buat dioper ke teman yang lain.
EH beruntungnya, waktu kita keluar rumah, tiba-tiba tetangga sebelah juga mau berangkat. Alhasil kita dapet tebengan sampe tempat pemberhentian bus. Hari itu macetnya nauzubilah seperti biasa. Motor udah kaya laron berkeliaran. Si Tsubasa terkagum-kagum hingga sempet motretin kejadian ini #tepokjidat. Tetangga saya untungnya bisa bahasa Jepang dan udah sering ke daerah jadi bisa kasih advice ke Tsubasa mending gimana sewaktu perjalanan. Tujuan utama di Papua adalah Wamena. "Otonari-san (tetangga), saya mau beli koteka di wamena" ucap si Tsubasa. Jderr, gua pura-pura gak denger mainan hape.
Akhirnya setelah melihat sekelibetan di jalan, kita sampai ke halte tempat menunggu bus. Ada dua hal yang baru buat Tsubasa. Pertama, tukang sayur keliling yang jualan ikan mas hidup di dalam plastik. Kedua orang boncengan naik motor gak pake helem.
"Renandra, itu boleh ya? (nunjuk yang naik motor)"
"No, they cannot" (gamau lebih lanjut ngomongin)
Begitu kita sampai di Bogor, kita keliling pasar Bogor dulu untuk
nyobain berbagai buah tropis yang kalau di Jepang jarang ada. Kalaupun
ada, harganya bisa bisa lebih mahal daripada daging sapi.
Kita mulai icip-icip dari nangka, rambutan, manggis, dan lainnya. Tips buat hunting buah di pasar ini adalah muka kalian harus muda seakan-akan anak kuliahan gitu lah. Jadi si abangnya kadang jadi kasihan trus ngasi kita diskon bahkan gratis deh hhe.
Begitu tur pasar selesai, si Tsubasa jalan-jalan di Kebun Raya Bogor dan tour singkat ke kampus IPB. Malemnya dia langsung cabut ke stasiun gambir untuk pergi ke Surabaya.
Sebelum Tsubasa cabut, kita inisiatif bawain dia sesuatu. Eits bukan pake duit, tapi pake obat nyamuk, obat diare, sama nomer telepon kita-kita. Ini penting banget. Di papua malaria masih banyak. Kita aja masih rentan kena wabah tersebut, apalagi orang yang hidup di lingkungan bersih biasanya imunitasnya gak se-oke orang indonesia.
Nah memberikan nomer telepon kita sebagai emergency call tidak boleh lupa lho. Walau pada akhirnya selama Tsubasa di perjalanan, kita gak ada yang dikabarin (-,-*).
Kita mulai icip-icip dari nangka, rambutan, manggis, dan lainnya. Tips buat hunting buah di pasar ini adalah muka kalian harus muda seakan-akan anak kuliahan gitu lah. Jadi si abangnya kadang jadi kasihan trus ngasi kita diskon bahkan gratis deh hhe.
Begitu tur pasar selesai, si Tsubasa jalan-jalan di Kebun Raya Bogor dan tour singkat ke kampus IPB. Malemnya dia langsung cabut ke stasiun gambir untuk pergi ke Surabaya.
Sebelum Tsubasa cabut, kita inisiatif bawain dia sesuatu. Eits bukan pake duit, tapi pake obat nyamuk, obat diare, sama nomer telepon kita-kita. Ini penting banget. Di papua malaria masih banyak. Kita aja masih rentan kena wabah tersebut, apalagi orang yang hidup di lingkungan bersih biasanya imunitasnya gak se-oke orang indonesia.
Nah memberikan nomer telepon kita sebagai emergency call tidak boleh lupa lho. Walau pada akhirnya selama Tsubasa di perjalanan, kita gak ada yang dikabarin (-,-*).
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tamu kedua yang dateng bernama Ichigo. Dia dateng selang beberapa hari setelah Tsubasa. Nah, karena si Ichigo ini touringnya from country to country, kita ngejemputnya di siang hari. Flight Ichigo dari Bangkok. Rencana kita nih, abis si Ichigo dateng kita langsung ngajak makan siang dengan buru-buru dan cepat-cepat ke Taman Mini.
Begitu jam 1, gw ma nini udah nunggu di depan kedatangan. Sewaktu harusnya udah jam landing kita belom ketemu. Sampe akhirnya kita gantian shalat, duduk di lantai (norak banget), sampai ngelakuin survei ke sesama penunggu. Kata salah seorang penunggu, kadang suka lama di dalem buat urusan visa on arrival. Ooh kalo begitu ceritanya ya kita maklum aja.
Satu setengah jam berlalu, akhirnya kita mulai cemas cemas gak enak. Sampe gua keliling bandara, siapa tau aja Ichigo udah keluar dari pintu sebelah mana gitu. Sampai kita ke tahap keder, takutnya dia melalang buana di bandara yang gak besar ini. Menit demi menit berlalu, penunggu di sekitaran kita pun sudah berganti, yang tadinya nunggu orang-orang dari Bangkok berubah menjadi penunggu dari Taiwan. Muka-mukanya orang yang keluar juga udah jadi cina daratan semaua. Jderr, akhirnya saya coba cari Ichigo sekali lagi ke luar bandara.
Di luar bandara, tiba-tiba saya melihat Ichigo dari kejauhan. Dia berjalan bersama petugas bandara dengan koper digeret-geret. Raut muka Ichigo pasrah kecampur seneng sewaktu ngeliat muka saya. Inti dari masalah si Ichigo adalah (lagi-lagi) tentang mengurus visa on arrival. Dia gak bawa uang sama sekali di hand carriednya jadi harus ambil di dalam koper. Dan kayanya petugas bandaranya gak asik gitu (first problem), antara gak bisa dinego atau gak bisa bahasa inggris.
Alhasil saya ambil uang di atm, pinjemin si Ichigo dulu, dan kita nunggu tuh pembuatan visa. Beres-beres si Ichigo minta maaf lagi, katanya kalau gak ketemu kita mungkin dia gak jadi ke Indonesia (lebay.com). Si Ichigo udah laper banget, yaudah kita akhirnya makan lagi nemenin dia baru balik.
Perjalanan Ichigo di Indonesia gak jauh-jauh dari lokasi andalan kita-kita yang juga taunya itu-itu aja. Mulai dari kebun raya, kampus, pasar tradisional, dan taman mini. Kondisi si Ichigo di akhir-akhir perjalanannya sudah mulai menurun, suaranya mulai ilang. Gua curiganya dia overdosis makan rambutan disini dan dijejelin gorengan sama Nisa pas pulang dari Taman Mini. Tau sendiri gorengan di jalanan penuh dengan polusi bahkan plastik di dalamnya.
Yang buat gua makin seneng adalah banyak sekali hal-hal yang pertama banget buat Ichigo. Mulai dari makan makanan buah tropis sampe makan bebek. Waduh, emang di jepang bebek makanan langka ya?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tamu terakhir bernama Soda. Soda benar-benar pendaki gunung sejati. Dia milih jalan-jalan sama kita di akhir trip perjalanan. Waktu yang kita luangkan untuk Soda memang paling sedikit. 1 hari sebelum pulang Soda kita ajak ke Taman Mini. Setelah setengah hari ke Taman Mini, tibalah saatnya untuk pulang. Di terminal kampung rambutan kita bisa memilih untuk naik taksi atau bus kota. Tiba-tiba Soda bilang, hmm saya mau coba naik bus kota. Yaudah, akhirnya gua ladenin lah impian Soda. Bus kota hari itu penuh sesak, gua dan Soda berdiri empet-empetan di depan pintu yang tentunya tidak ditutup dong. Bus melaju dengan kencang di jalan tol dan tidak ada topik pembicaraan saat itu. Cerita punya cerita si Soda bilang ke kakak kelas yang lagi duty di Malaysia. "Yesterday I took a bus and it more scary than roller coaster, no one can ensure your life". Hahhaha
No comments:
Post a Comment