Monday, October 1, 2012

Japanese Comic 1

Satu coretan saya
Oktober telah tiba dan minggu depan saya akan mulai bekerja. Mulai dari kemarin saya memuaskan diri untuk berkelana di dunia maya. Salah satu website favorit yang setiap hari saya browsing yaitu jejaring sosial dan mangareader.net.

Manga dalam bahasa indonesia adalah komik. Di Indonesia, komik Jepang sangat populer di kalangan anak-anak, remaja, dan dewasa. Dulu, saya pernah bercita-cita menerbitkan sebuah komik. Tapi menyelesaikan satu halaman saja susahnya setengah mati. Prosesnya pembuatannya sangat rumit, bahkan satu pengarang kadang punya banyak asisten. Gimana memang membuanya? 


1. Untuk menciptakan suatu konsep cerita yang ideal, si pengarang menuliskan dulu naskah dan dialognya di komputer atau kertas. Tahap ini menjabarkan berapa banyak panel yang digunakan, dimana letak balonnya, angle karakternya, dan hal detil lainnya dalam halamannya. Nah, bedanya kalau kita nulis buku pasti sudah jadi kan? Tapi ini masih ada beberapa tahap lagi. 

Manekin (yang sekarang pensiun)
2. Kemudian pengarang mulai membuat sketsa komik. Untuk pemula kadang menggunakan boneka kecil untuk proporsional badan.

 3. Menebalkan sketsa tersebut dengan pensil yang lebih tebal di kertas yang baru dengan teknik menjiplak (ini waktu yang paling lama). 

4. Memblok, atau memberikan warna hitam yang banyak pada gambar, misal rambut atau latar belakang malam. 

5. Terakhir, menambahkan efek-efek apabila diperlukan dengan screen tone atau garis-garis tegak lurus horizontal maupun vertikal. Gila, saya menjabarkan teorinya aja udah capek, gimana realisasinya? Nah, menurut saya sebenarnya komik itu sangat berseni sekali karena membuatnya ya... susah.


Pioneer pertama untuk komikus Jepang adalah Osamu Tezuka. Karyanya yang paling terkenal hingga saat ini adalah Tetsuwan Atom atau Astroboy. Bahkan saking dihargainya, di salah satu prefektur, Atom dibuat robotnya dan dijadikan penduduk setempat.
Atom (Source: ghostligtning.wordpress.com)

 Setelah Tezuka melahirkan karya-karyanya banyak komikus lain yang muncul dan mengeluarkan seri mereka. Di tahun 90-an, masuklah berbagai komik ke Indonesia seperti Doraemon dan komik terbitan Kodansha. Waktu itu komik yang populer adalah Dragonball, Sailor Moon, Kungfu Boy, Break Ninja Hatori, Kariage Kun, Kobo-chan, Magic Knigh Rayearth, dan masih banyak yang lain.

maruko (source Bangkok-japan foundation)
Sebagai seorang anak yang lahir dari keluarga yang mencintai buku. Sejak saya kecil, buku yang kita beli tidak terlalu disortir oleh orang tua. Komik pun tidak apa-apa. Lah, orang saya sekali baca komik biasanya akan dibaca lagi bertahun-tahun kemudian. Rasanya aneh, kalau ada orang yang menjadi malas karena baca komik terus-menerus. Harusnya repetisi itu membosankan karena kita sudah mengetahui ceritanya.

kobo (source:
aneeminiechem08028,wordpress.com)
 Ada satu pesan yang saya ingin tahu. Apakah biasanya pembaca komik selalu mengambil hal positif atau informasi tambahan dari komik yang dibaca? Karena sejujurnya pasti ada yang ingin disampaikan oleh si pengarang walaupun mungkin saja tanpa sengaja. Contohnya saya jadi lebih tahu budaya jepang tuh dari membaca kobo-chan serta chibi maruko-chan. Masih banyak komik atau animasi lain yang saya ambil informasi dari sana. Sehingga waktu saya ketemu sama teman-teman dari Jepang, akhirnya banyak topik untuk dibicarakan.

Bagaimana dengan komik action yang menjadi bahan para psikolog karena mengandung kekejaman atau violence? Saya akan membahasnya di part 2 beserta beberapa judul komik lain.

1 comment: