Sunday, July 29, 2012

Mainland China





Benak saya ketika mendengar bunyi negara ini berbeda beda seiring saya bertambah tua. Pada masa kecil, yang saya ingat banyaknya acara tv dan rental laser disc. Pasti masih inget dong kungfu Bo bo ho, dimana di setiap awal mau main filmnya ada lambang komunis kayak gini: Mungkin gak semua, tapi ada beberapa yang nyantumin lambang ini.




Cina negara yang kaya akan kungfu. Selalu disebut sebut di RPUL dan IPS tentang tembok cinanya. Punya pahlawan si Mulan (bukan mulan kwok atau jameela). Dan populasinya paling banyak di dunia. Sewaktu sd pertengahan, Cina identik sekali dengan masyarakatnya yang banyak dan memiliki teritori sendiri di setiap negara. Dan sampai di Indonesia, banyak dari mereka yang didiskriminasi, khususnya pada saat revolusi perpindahan Pak Harto. Khususnya daerah Glodok dan Pecinan sana. Sempat banyak yang dibakar hidup-hidup serukonya. Hingga pada saat eranya Presiden Gus Dur atau Mega gitu, imlek dijadikan hari libur nasional.

Kian hari, banyak sekali perusahaan yang diinvest atau dikendalikan oleh ras Cina. Bukan suatu hal yang fana lagi. Dua prinsip mereka yang saya tahu adalah kalau pintar ya sekolah, kalau biasa aja ya berdagang.. Nah karena saya juga gak punya keturunan Cina dan relasi yang banyak, akhirnya saya berkesempatan mendatangi negara itu sendiri pada tahun 2011 untuk benar benar melihat seperti apakah negara ini.

Kalau dipikir-pikir, orang-orangnya masih banyak kecenderungan yang sama dengan orang Indonesia. Masih suka gak mau ngalah di jalan, suka ngeludah sembarangan, parkir sembarangan, dan gak mau antri. Tapi pemerintah mereka mungkin mau memajukan dari sisi yang lain.

Shanghai by Adi indra

Transportasi dan infratrukturnya sudah sangat maju. Ya, tidak terlepas dari hak veto mereka mungkin yah. Intinya terlepas dari negaranya yang masih banyak tindakan kriminal, tapi MRT masih bisa jalan loh di Beijing maupun Shanghai.Yaa gak mungkin juga sih, bisa dipake jadi tempat olimpiade kalo transportasinya kurang kayak di negara sendiri yang serba di pas pasin kalo bisa mah.(klik this for more story in China)

Nah terus poin yang ingin saya sampaikan disini adalah banyak negara yang sudah diambil bagiannya oleh Cina seperti Taiwan dan Hong Kong.Tahun 2012, sehari sebelum saya pulang ke Indonesia dari Hong Kong, saya menyempatkan diri untuk melihat lokasi Shenzen dengan menggunakan MRTnya. Waktu itu saya pergi dengan tante dan tidak menyiapkan visa cina dari jauh-jauh hari. Untuk mencapai ke sana diperlukan waktu 45 menit (2 jam dengan imigrasi dan gerek-gerek tas) dengan tarif sekali perjalanan sekitar 50 Hong Kong Dollar. Nah, ternyata kalau kalian punya Octopus Card, tersedia juga gerbong eksekutif yang lebih nyaman loh.

Sesampainya di stasiun terakhir, kita melewati imigrasi dan mengurus visa. Saat itu tidak ada yang mengurus. Jadi kurang lebih 10-15 menit saja mengurusnya. Perlu kalian tahu kalau visa  ke Shenzen itu yang on arrival harganya lebih murah cuma 168 Yuan. Kenapa? Soalnya kalian gak bisa kemana-mana selain ke Shenzen. Tapi worth it kok., apalagi untuk kalian kaum-kaum yang mempersiapkan diri berbelanja. Jarak yang memisahkan dua wilayah ini adalah sebuah jembatan di atas sungai.

Nah, pemandangan apa yang bisa diliat begitu keluar dari stasiun? Suasananya kontras sekali kawan dengan Hong Kong. Masih banyak gelandangan di pinggir jalan, yang kalau pagi-pagi tidur gak pake baju. Toko-tokonya lebih milik sendiri-sendiri dibandingkan di Hong Kong yang sudah milik korporasi serta punya nama. Salah satunya:
Joni dan Elis (indo banget namanye...)


Nah, padahal cuma beda 45 menit kan? Sebenernye kemirisan ini juga rada mirip sih sama Indonesia Singapura dan Malaysia. Padahal cuma beda jarak kan? Siapa yang mesti disokong duluan nih.. Kalau dari diri pribadi sih, semuanya. Kalau cuma diri sendiri, saya gak punya basic di MRT., bus tingkat, bus gandeng, trem, atau monorail Jadi gimana caranya saya bisa develop kendaraan-kendaraan itu? hehe




No comments:

Post a Comment