Sejak bulan awal bulan November, badan saya sudah dilanda penurunan daya tahan tubuh. Kerasa banget mudah capek kalo melakukan rutinitas. Bahkan di hari liburan terakhir saya saja sewaktu ke belitung dilanda bersin, hidung pilek, dan mampet. Obat warung dan istirahat yang cukup ternyata tidak ampuh. Hingga pekan ini saya masih dilanda penyakit tersebut.
Tiap kali saya bangun pagi, saluran pernapasan terasa plong. Tetapi tunggulah beberapa menit. Saya akan bersin dua hingga tiga kali. Kemudian hidung saya mulai beler. Begitulah setiap harinya, hingga saya pusing dan hampir menyerah dengan penyakit ini. Terlebih, pekerjaan saya memerlukan waktu kerja shifting. Jadi gak mungkin saya akan konsumsi antibiotik karena pasti akan mengganggu sekali jam biologis.
Apalagi kalau saya pulang malam berati saya harus kena yang namanya udara malam. Katanya sih udara malam itu nggak bagus ya? Disitulah tingkat racun tertinggi hingga pagi tiba. Namun banyak juga sih yang bilang kalau itu mitos. Kena angin malam bikin badan sakit sakitan lah, bisa pegel linu, pusing, demam, dan lain lainnya. Tapi toh, anak anak yang kerja sama saya baik baik aja tuh. Malah mereka yang bingung, kok saya gak sembuh sembuh ya.
Akhirnya saya mencoba lagi pengobatan lokal yaitu dengan cara dibekam. Weekend lalu saya coba dibekam dengan posisi yang berbeda. Kalau biasanya saya tengkurap sekarang saya duduk. Katanya kalau sudah pernah empat kali, lebih baik duduk saja. Soalnya aliran darah yang akan disedot lebih lancar menurut mas yang melakukan terapi ke saya. Eh gak biasanya ada 12 titik yang diambil hari itu,
Ketika saya selesai dikop hasilnya menakutkan. SI therapist menunjukkan kop kop yang sudah berisi macam macam hal. Di dalamnya ada darah yang segar dan sudah gelap. Teksturnya bercampur, ada yang kental dan encer. Katanya sih yang kental dan susah jatuh itu ya toksinnya. Lalu di beberapa kop juga ada uap air. Yang dipercaya kalau saya masuk angin waktu saya melakukan terapi.
Haduh, saya sih sudah gak heran kalau begitu hasilnya. Dengan pola tidur yang tidak seperti orang normal dan makan yang rada berantakan menurut saya sah sah saja kalau hasilnya seperti ini.
Setelah beberapa jam dibekam, badan saya lemes seketika. Padahal saya sudah makan. Ooh mungkin ini karena darah yang diambil sehingga saya menjadi anemia dan kurang Hb. Akhirnya setibanya saya sampai rumah langsung melahap madu dan suplemen zat besi.
Keesokan harinya, pilek tersebut masih tak kunjung hilang. Tetapi saya percaya kalau sebagian toksik sudah dibuang lewat darah kemarin. Sekarang, saatnya membuangnya melalui proses yang lain. Saya memilih membuangnya lewan urin. Dan, apa yang saya lakukan adalah minum hingga empat liter dalam sehari.
Kalau logika saya, ingus yang keluar berati adalah cairan. Kalau saya keluar terus cairan dan gak diimbangi dengan minum yang banyak bisa bisa saya malah dehidrasi. Sudah begitu, air di dalam tubuh ini juga berfungsi untuk metabolisme makanan yang ada di tubuh. Kalau kurang air, ya bagaimana mau sempurna proses pemecahannya. Lalu yang terakhir, dengan seringnya saya menjadi bolak balik ke WC, otomatis racun racun tersebut ikut kebuang deh.
Setelah tiga hari, tampaknya tubuh saya mulai membaik. Antibodi saya mulai membentuk lagi setelah dilakukan proses regenerasi sel darah dan ekskresi racun. Begitulah cerita saya dalam membenahi diri ini dari flu akut. Sekian.
No comments:
Post a Comment