Tuesday, August 20, 2013

Liberty Spcial Group

Ironi Social Group

Selamat idul fitri, selamat hari kemerdekaan bangsa indonesia, dan selamat hari libur untuk saya. Udah lama saya gak meluangkan waktu untuk menulis blog yang hampir saya lupakan ini. Kalau bisa diambil royaltinya sih, nggak apa apa. Sayangnya menghasilkan royal jelly saja tidak.

Oke, daripada bicarain topik royal jelly yang nggak tau juntrungannya. Sebagai pemerhati sosial dan tingkah laku homo sapien, kayaknya seru banget kalo postingan kali ini ngebahas tentang social group. 

Untuk lebih spesifiknya, social group yang saya makdung bisa macem macem. Ada twitter, mailing list, bb group, fan pafe, kakao talk, whatssap, line, dll yang pastinya bisa membuat koloni chatnya masing masing.

Grupping tersebut dibuat agar sesama anggota bisa saling tukar informasi, pikiran, pendapat, dan menjalin silaturahmi. Apapun bentukannya, mau itu yang bersifat keilmuan, pendapat, humor, jualan, bahkan gibhah pun ya diserahkan kepada anggota yang ada di grup tersebut.

Budhe saya yang berusia lima puluhan, sejak dahulu menggunakan layanan mailing list di Yahoo. Grup tersebut beranggotakan teman-teman satu kuliahnya. Setiap hari, ada saja topik yang dibahas, dari mulai yang informatif hingga yang nggak penting sekaligus. Dari yang serius bisa dibawa hingga sangat tidak serius alias menjadi humor yang mungkin cuma mereka aja yang ngerti. Kadang kadang, kami suka mendapat forwardan message dari beliau tentang email yang informatif atau hanya sekedar joke untuk refreshing.

Wadah yang sebegitu mudahnya untuk berkomunikasi tentu memiliki banyak kelemahannya. Informasi yang terlalu mudah disebar adalah salah satunya. Terkadang informasi doa beruntun membawa berkah, kutukan yang harus dilempar ke orang lain, atau isu isu seputaran makanan atau modus pencurian nggak jelas banyak sekali beredaran di social grup yang saya punya. Kalau sudah begitu, rasanya pingin bilang, "Gak dipikir dua kali yah, yang ngirim, main asal kirim aja?". Dan si pengirim kebanyakan cuma bilang, "Saya kan cuma forward, ya itu keputusan lo, nerima atau nggak".

Kejadian di atas, mengingatkan saya sama twitternya felixsiauw yang pernah membahas tentang hak dan kewajiban istri/suami. Saat itu banyak sekali yang menghujat beliau karena isi twitnya tidak bisa 100 % diterima oleh konsep kita yang belum mempelajari agama sedalam itu.  

Baginya, twitter sudah menjadi sarana berdakwah, dan diskusi dua arahpun mau dia jalani. Baginya, mudah saja untuk menerima pendapat dari followernya, mau dipuja atau dicerca. Baginya, ini adalah forum bebas, kalau tidak suka, kita bisa klik pilihan mute, unfollow, bahkan block sekalipun. 

Bagi saya? "Jawaban yang brilliant"

Saya pun termasuk salah satu orang yang tidak bisa menerima semua isi twitter felixsiauw. Menurut saya, tidak bijak kalau kita menghakimi sesuatu hanya pada momen tersebut. Toh mungkin kita tidak sependapat hanya saat itu saja. Gelombang antara pengirim dan penerima belum sama. Dan tidak usah memaksakan untuk seimbang. Toh mungkin belum saatnya.

Kalaupun dulu saya langsung mendelete kontak, keluar dari grup, atau memblock seseorang di twitter hanya akan menjadi ketenangan hati sesaat doang. Rasanya menjadi pemenang akan egoisme yang idealis. Seakan akan semua dunia berpihak pada kita, dan yang berbeda adalah pihak yang kalah. 

Aduh, tidak bijak sekali rasanya. Mungkin konsep kedewasaan kita lah yang harus mulai diasah. Konsep kita pada hal menerima dan melihat sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas. Tidak hanya melalui mata hati pribadi dan pada rentang waktu yang sangat sempit. Rasanya tidak ada pribadi yang selalu jelek dan tak bermanfaat setiap saat.

Sekian postingan kali ini.
renandra, community nutrition, bogor agricultural university, indonesia. Sent by blackberry

No comments:

Post a Comment