Saturday, May 4, 2013

Kisah 3 titik review


Film Lola Amaria setelah Minggu Pagi di Victoria Park yang luama banget nongol di era perdownloadan atau tv karena ketinggalan nonton. Karena saya seneng sama film yang bertema sosial, kehidupan, dan gak mau nunggu lama di ganool,com atau tv, jadi saya bela belain nonton film ini kemarin Jumat.

Synopsis
Titik yang ada di judul film merupakan nama dari ketiga karakter yang memiliki jalan hidup berbeda. Walaupun jenjang karir dan posisinya beda, tapi mereka bertiga tetaplah buruh dari perusahaan. Sinopsis singkatnya, Titik yang pertama berjuang untuk menjadi buruh di sebuah pabrk garmen dimana lingkungan saling sikut antara buruh terjadi. Intinya seleksi alam, kalau ada yang gak mereka sukain, dilaporin ke mandor dan bisa gak diperpanjang kontraknya. Akting Ririn ekawati yang natural dan kecantikan parasnya membuat saya merasa dia yang paling harus dikasihanin dibanding dua Titik lainnya.


Titik yang kedua diperankan oleh Maryam Supraba. Seorang perempuan yang hidup keras sejak kecil dan menjadi buruh jahit di sebuah perusahaan kecil. Karena tidak ingin orang lain merasakan sulitnya hidup seperti yang dia jalankan, maka perlawanan dan pemberontakan kian dilakukannya. Dari membela anak putus sekolah yang dibudak menjadi buruh harian hingga aksi yang lebih berani lainnya.

Titik yang ketiga diperankan oleh Lola Amaria sendiri. Buat saya, karakter titik yang terakhir ini kurang dimunculkan secara eksplisit. Di awal, kelihatan sekali bahwa dia tidak bisa melawan teman kantornya yang memanfaatkan dirinya. Tetapi dipertengahan, jiwanya sangat kuat melawan atasnannya dalam membela buruh. Logikanya lebih sulit melawan yang mana? 

Minus
Unsur percintaan, klenik, seks, dan kekerasan ada semua di ketiga cerita ini. Sang sutradara menginginkan semua warna asli bisa penonton lihat. Namun terkadang ada beberapa yang kurang natural seperti tiba tiba ada yang meminta petuah dari pohon dan terlalu bersihnya seragam buruh anak sekolahan. 

Plus
Keaslian pengambilan gambar di pabrik dan pemilihan pemain dengan muka the real indonesia, sampai saat ini sepertinya cuma Lola Amaria yang paling jago dan berani. Rasanya muak kalau nonton film Indonesia selalu disuguhkan dengan paras yang cantik atau ganteng melulu. Kita juga butuh muka muka asli Indonesia dengan potensi akting yang bisa lebih baik dibanding yang sudah ada. 

Overall
Kalau kamu menginkan solusi di film ini, jangan mengharapkan. Sepertinya kitalah yang harus memikirkan apa solusinya. So, this is not a happy film like the old Victoria one.In the end, happy watching.

No comments:

Post a Comment