Thursday, January 17, 2013

26 Desember 2012 itu bukan tsunami (2)

Suasana baru, lingkungan baru, dan permasalahan yang banyak memenuhi otak saya saat itu. Saya mengurutkan prioritas masalah tersebut. Akhirnya petugas pengambil uang sales hanya ditugaskan untuk menukarkan uang kembalian. Namun hari itu kami tidak menyetor sales apapun. Beruntung, Dina bisa berdrama seakan-akan tidak terjadi apa-apa detik itu.

Kedua, saya tetap menghubungi presiden kantor dan menghubungi atasan saya setiap menit. Instruksi awal adalah memeriksa semua tas dan badan semua pegawai yang sudah masuk ke kantor. Tidak lupa saya juga mengambil semua hand phone mereka untuk diperiksa history chat yang mereka lakukan. Saat itu saya merasakan jadi guru yang sedang merazia video bokep dari handphone Sambil berjalan pemeriksaan, sangat terasa sekali untuk ukuran orang baru di tempat itu, patut sekali ada atmosfir curiga dan tidak percaya saling mengelilingi kita semua. Yah itu memang sudah kodratnya, namun perintah harus dilakukan.


Pukul 11.01, presiden saya sudah bisa dihubungi via telepon. Saya merasa ada rasa aman seketika. Semua pegawai yang bekerja di kantor diwajibkan datang pukul 14.00 untuk meeting tanpa ada info apapun. Aktivitas kantor berjalan seperti biasa, pegawai yang melakukan shift malam datang dengan muka kucel dan kebingungan. Terlebih ketika saya mintai hpnya untuk diperiksa.

Pukul 12.15, datanglah Kepala Badan Pengawas di kantor. Pak Demian namanya. Beliau orang yang sangat ideal dengan peraturan dan disiplin. Saking disiplinnya, hampir semua tidak ada yang berani melawan. Kalau kita melakukan kesalahan, semua kebahagiaan dan mood yang ada langsung terserap semua ibarat dikecup oleh dementor. Maka saya sering menyebutnya Demian the Dementor. 

Begitu Bapak Demian datang, saya langsung diinterogasi, dimarahi, dan ditanyai bermacam-macam. Harusnya kitab hanya boleh takut sama Tuhan. Namun entah bagaimana, perasaan ingin pipis dan kentut langsung saya rasakan saking terhirupnya kebahagiaan yang saya miliki. Semua pertanyaan dan interogasinya saya jawab dengan sangat lengkap tanpa ada hal yang saya lebih kurangi. Di akhir saya mengetahui, bahwa jawaban saya dicap sangat polos. Yah gapapa sih, daripada saya menjawab yang penting penting saja malah ada yang terpotong.

Pukul 13.00, saya selesai diinterogasi. Atasan dan Presiden kantor saya pun sudah datang ke kantor. Satu per satu juga dilakukan interogasi terhadapnya dan melakukan tindakan sesuai dengan prosedur perusahaan. Prosedur yang tidak diajarkan secara detail pada saat saya masuk ke kantor. Prosedur yang banyak tidak dilakukan ketika seseorang dalam keadaan panik, apalagi baru dalam lingkungan itu. 

 Berlanjut ke part 3

No comments:

Post a Comment