Sunday, June 12, 2016

Antara Kamboja dan Vietnam

Dua destinasi ini saya coba lalui tentunya tidak sendiri. Perlu mengajak teman yang bisa diajak susah dan senang bersama dalam beberapa hari. Setelah dengan sistem random sampling dan azas kesamaan dalam visi jalan jalan, terpilihlah dua orang yang kece dalam trip ini.

Tadinya saya cuma kepikir untuk eksplor vietnam sendiri, karena disana akses transportasi online hampir sama di jakarta. Ada uber dan ada grab. Tinggal pilih mau yang mana. Tapi, di tenga jalan semua perjalanan berubah menjadi dari Kamboja lalu ke Vietnam dalam waktu empat hari.

Kalau ditanya, emang cukup eksplor semuanya? Jawabnya pasti tentu tidak. Dari empat hari yang kita punya pastinya ada perundingan tempat tempat mana saja yang akan dikinjungi dan dilewati.

Seperti Phnom Penh yang memiliki lokasi genosida, tidak kita kunjungi. Royal palace pun hanya foto dari luar saja dan kita dengan rundingan 5 menit memilih untuk ganti rute membeli oleh oleh dari Pasar Portugis ke Central Market. Begitupun juga dengan Bus yang akan membawa kita ke Ho Chi Minh. Yang tadinya berencana memakai bus malam, kita berubah total menjadi bus siang, sehingga malam harinya sudah ada di Ho Chi Minh.

Hal yang melekat oleh saya dengan Kamboja adalah negaranya yang masih syarat dengan kemiskinan. Hal yang paling simpel adalah alas kaki. Hampir yang saya lihat semuanya itu sendalan. Bahkan anak anak yang ke sekolah pun memakai sendal. Kalau ada waktu lebih saya pengen sih perhatiin gurunya. Jangan jangan, pakai sendal juga. Di tempat wisata, anak anak pun kerap menjajakan souvenir kepada wisatawan dengan bahasa inggris atau bahasa asing ala ala dagang. Tergantung kepada siapa yang ditawarkannya.

Berbeda dengan Vietnam, Ho Chi Minh lebih jakarta banget. Dari keriwehan jalannya sampai makanan pinggir jalan. Bedanya adalah, akses untuk wisatawan lebih mudah. Trotoarnya besar, banyak taman, dan kursi untuk duduk duduk santai. Pertunjukan pertunjukannya juga banyak yang mengarah kepada kombinasi teknologi sehingga harganya bisa untuk makan tiga kali untuk menonton satu pertunjukan di theater.

Untuk wisata gratis di Ho Chi Minh satu hari cukup dengan berjalan kaki kok. Notre dam, post office, city hall, dan opera house bisa dinikmati dalam dua jam. Yang bisa dimasuki ke dalam hanya katedral Notre Dam, dalam jam tertentu. Dalamnya sih, tidak membuat saya berdecak kagum. 

Satu hal yang ingin membuat saya kembali ke ho chi minh karena hostel murah yang banyak, harga bersaing dengan di Indonesia untuk urusan makan. Yang lebih penting, akses ke bandara bisa pakai uber motor. Dimana dengan jarak 8 km, saya membayar 30.000 rupiah.


No comments:

Post a Comment