Bekerja. Salah satu predikat yang dilakukan setiap individu ketika menjelang dewasa. Topik ini sedikit saya hindari untuk saya tulis di awal-awal. Tapi setelah satu bulan saya menjalani full time, saya jadi menemukan sesuatu yang bisa saya shared dan menjadi reminder atau pemikiran buat pembaca.
Apa itu?
Ketika kita bekerja, kita akan dihadapkan dengan profesinalisme. Profesionalisme disini bisa berarti sesuai dengan bidang dan soft skill yang teman-teman miliki.
Bicara tentang bidang pekerjaan, memang banyak betulnya kalau idealisme terhadap pekerjaan pasti berpengaruh terhadap psikis si pekerja. Contohnya, seseorang yang suka, pingin, dan memiliki ijazah elektro atau IT, apa kabarnya ketika dia bekerja di perusahan marketing yang harus bertemu dengan klien, offering, dan lain sebagainya?
Kerjaannya harus dan pasti beres. tetapi apakah mereka menikmati untuk datang dan pulang kerja tiap harinya? Kemungkinan sih enggak. Pesan dari case pertama adalah, sebisa mungkin temukan passion kerja yang kamu, alhasil proses belajar dan kerja di kantor pasti lebih enjoy.
Kedua, disiplin. Disiplin yang paling mudah, bisa dilihat adalah dari ketepatan masuk jam kerja. Apabila suka telat-telatan, pastinya akan dilihat sebelah mata. Terlebih kalau kamu anak yang baru kerja dan yang lebih parah lagi kalau kamu itu ya atasannya. Kalau bekerjanya di tempat yang steady seperti kantoran mungkin awalnya dapet cibiran dan sp. Tapi coba bayangin kalau kamu kerjanya freelance atau part time. Udah gitu, customer atau klien kamu sudah dijadwalkan siap on time cuma untuk nunggu kamu aja. Terus kamunya telat. Pastnya selain merusak tatanan acara dong dan kamu bisa gak dihire lagi sama atasan lagi lho.
Selain itu, nyelesein tugas tepat waktu serta tidak mengulur ulur juga merupakan hal yang penting serta krusial. Mau tugas kamu sedikit atau banyak. Jangan sampai karena kamu telat atau belum beresin kerjaan malah gak bisa jawab ketika ditanya atasan. Toh sebenarnya kamu bisa ngerjain tapi males aja gitu. Yang lebih parah adalah kalau kamu udah telat ngerjainnya, terus bikin macet atau mandek temen kamu. Malah ngebikin musuh dan omongan di ujungnya.
Case ketiga adalah soft skill yang kuat. Saya tidak bisa menjelaskan secara teoritis dua kata tersebut. Kemampuan kamu bekerja sama dengan tim dan beramah tamah dengan lingkungan kerja merupakan salah dua dari soft skill. Gampangnya, keberadaan kamu menjadikan lingkungan tersebut damai bukan bikin masalah baru atau nambah nambahin kerjaan yang harusnya gak ada. Nah, selama manusia kerja pasti pernah berbuat salah kan? Kalau kamu berbuat salah, yang pasti harus berbuat gentle dan responsible, bukannya ngeles. Akui aja kesalahan kamu, minta maaf, dan beresin secepet mungkin. Kalau orang lain yang berbuat salah gimana? Ya dimaafin aja, gak perlu diungkit lagi kesalahan dia. Semakin disimpen-simpen hidup kamu gak bakalan tenang deh.
Terus, bagaimana cara menumbuhkan sikap dan kebiasaan di atas? Ya harus latihan. Kalau kamu masi kuliah, coba deh ikut organisasi dan seriusin disana. Kalau gak serius dan cari sertifikat tok, ya sama aja boong. Jangan lupa juga kalau ipk mesti balance. Sayang kan duit kuliahnya. Then, udah banyak kok buku yang mereview topik topik di atas, jadi beli, baca, dan terapin. Gak lupa juga, bertemanlah dengan lingkungan yang positif untuk masa depan kamu. Apakah teman-teman segeng kamu punya visi misi ke depan mau jadi apa? Kalau gak punya, coba cari geng baru.
Sekian ceramah singkat di minggu siang kelabu gerimis ini. Have a nice sunday. Kalau ada yang kurang bisa ditulis di komen. :)
No comments:
Post a Comment