Malam hari kemarin, saya dan beberapa teman sekelas menonton teater playground di balairung rimbawan fahutan. Kali ini mereka membawakan konsep realism dengan tema seks dan penyimpanganya. Tema ini memang absurd, apalagi bukan untuk orang yang mendalami jiwa seni dimana ilmu pasti dan eksak menjadi pandangan untuk sebagian orang. Hari itu, niat kami menonton adalah menyaksikan teman sekelas, imam saloso.
Acara terbilang cukup ngaret sekitar 30' dari rencana. Dan lagi penontn blum boleh dipersilahkan untuk masuk. Pukul 19.55, kami masuk ke arena teater dan duduk di karpet yang telah disediakan.
Suasana saat itu gelap, tisue toilet putih dipajang bergelantungan di atas tali yang dibujurkan di pinggr ruangan, dan gambar menyerupai setan menjadi sketsa di belakang kami nonton.
Saat itu, para pemain berdiri di tengah tengah ruangan. Jumlahnya ada empat, dua pria dan dua wanita. Di ruangan itu, terdapat empat kotak replika jemuran.
Acarapun dimulai. Ruangan sedikit diterangkan dan musik dimatikan. Semua pemain bergerak menuju empat kotak replika satu per satu sambil melepas pakaianya. Satu pria memakai leggng hijau dan plastik. Satu pria menjadi transgender dengan bra pola macan dan legging kuning. Satu wanita memakai pakaian serba merah dengan jilbab. Dan satu wanita lagi memakai kemeja pria dengan dasinya.
Adegan dimulai dengan analogi adegan seks, huruf v dari 3 pemain yang duduk dgn kaki selonjor menjadi simbol dari ceritanya. Ritme dilanjutkan dengan adegan kenikmatan, penyesalan, dan akhirnya adalah pembalasan di alam kubur.
Akhir pentas ini ditutup dengan diskusi,sharing, dan masukan. Kami yang hobinya jadi EO merasa roaming saat itu. Hmm.. Gimana ya, saya merasa sebagian seniman tidak memiliki watak dan cara mengomunikasikan yg dapat menjadi persuasi untuk orang2 yang memang tidak mengerti. Bisa-bisa karyanya dianggap tidak bermoral/menyimpang.
Paginya saya ingat kejadian semalam di waktu mandi. Rasanya, tulisan ini perlu dibaca oleh teman2 yg ingin mengembangkan teater dan diresapi kalau memang perlu. Hehe.. Peace
No comments:
Post a Comment