Tuesday, February 12, 2013

Karimunjawa Backdate

Mengisi kekosongan di perjalanan saya mau cerita tentang perjalanan kkp saya ke karimunjawa di tahun 2010. Di saat orang-orang bepergian kkp-nya ke Kalimantan, Riau, bahkan desa sebelah kampus, bisa jadi saya adalah orang yang beruntung kalau tempat kkp saya adalah daerah wisata turis turis asing. Yang jelas saya ada sedikit ganjalan sebagaimana dipaparkan di paragraf dua.

Kalau umur makin jalan makin bisa membaca diri sendiri. Dulu (mungkin sampe sekarang) saya adalah orang yang pemikirannya lurus. Dulu saya kesal karena pada akhirnya belum banyak yang bisa saya berikan ke penduduk setempat ketika saya KKP. Padahal kalau dipikir memang ilmu kita baru sedikit banget, dalam hitungan dua bulan masa iya bisa memberantas gizi buruk atau menjadikan semua masyarakat Karimunjawa menerapkan Pedoman Umum Gizi Seimbang? Tapi kalo bisa mengulang kembali, saya pingin menjadikan momen lalu itu menjadi lebih hepi dan fun bukan beban dan kecemasan.


Well, bagaimana gua bisa kesana? Adalah tercapainya salah satu impian seorang muslimah di jurusan lain. Sebutlah namanya Citra. Dia pingin banget untuk meneliti daerah pesisir disana, dan proposalnya berhasil untuk disetujui dosen. Dan tiba-tiba, sayalah yang dari jurusan gizi terpilih buat kesana. Singkatnya dalam satu tim terpilihlah orang orang yang relasinya belum dekat bahkan kebanyakan kita baru saling kenal.

Dulu nih, pergi kesana perjuangan banget. Kita adalah rombongan pertama yang berangkat dibanding teman yang lain. Keberangkatan kita dari kampus pas banget setelah pelepasan resmi pak rektor. Dan kami meninggalkan kampus dengan sangat dramatis. Hujan deras mengguyur seisi bogor. Dari kampus hingga kami sampai PO bus di bilangan sukasari hujan masih men'dadahi; kami..

Bus yang kita naikin berlabuh di Semarang dan menempuh waktu setengah hari. Dari situ kita lapor ke kepolisian hutan dan berangkat ke jepara dengan travel. Di jepara pun mesti nginep dulu di mess kehutanan yang sekelilingnya hutan kota. Temen-temen perempuan yang parno ngeliat tempat tidur berkelambu memilih untuk tidur di kamar tanpa lampu. Dan kita yang cowo tidur di ruang tamu. Paginya baru sadar kalau di kamar, cewe mereka tidur beralaskan kardus. Salah satu temen saya ngomel-ngomel gak karuan. Lah, kan situ sendiri yang gak mau tidur di kasur kata saya.

Paginya kita harus bergegas naik kapal feri yang sangat besar namanya KMP Muria. Transportasi KMP muria dari Jepara ke Karimunjawa ditempuh dalam waktu 6 jam perjalanan saja. Bosen banget intinya, dari mulai foto, keliling kapal, bercandaan, sampe tidur dan ngebego kita lakuin. Di kapal itu juga kita bisa ngeliat strata sosial. Jadi ada golongan bawah dan atas. Saya dan temen-temen termasuk yang ke bawah dengan cover dandanan ngegembel nan lusuh kecapean. Salah satu geng golongan atas adalah kumpulan ibu-ibu rumpi yang berprofesi guru dan mereka sudah mengeluh kulitnya kering karena angin pantai (padahal masi di kapal).

Singkat cerita kita udah nyampe dengan selamat di Karimunjawa yang lautnya biru banget tapi gak keliatan pantainya dimana. Kita didampingin Pak Ahmad pegawai kepolisian hutan setempat buat sampe ke mess yang akan kita tinggalin sebulan. Satu hal, kita sangat "terkagum kagum" dengan jalanan yang agak mendaki gunung. Kita udah mupeng aja pingin liat pemandangan pantai yang bagus, tapi yang terlihat cuma perumahan dan pelabuhan yang makin lama makin gak keliatan.

Begitu sampe di mess kita langsung bebersih dan lainnya. Sorenya kita udah keluyuran mau nyari pantai yang bagus tanpa nanya penduduk setempat. Kita berjalan ngikutin insting, syukur syukur nembus dan nemu pemandangan yang bagus. Akhirnya kita sampai ke gang sempit ditengah pepohonan yang kayanya menuju ke pepantaian.

Setelah tembus, kita udah ngeliat laut yang biru keemasan karena pancaran matahari terbenam. Tapi mana pasirnya? Ternyata disitu bukan pantai pasir tapi pantai karang. Harapan bisa ngeliat pantai di hari pertama sudah pupus. Akhirnya kita mengitari pantai menuju ke arah pelabuhan, dan kita nemu pondok pondok kecil yang hawanya gak enak. Disitu kita gak sotoy buat nanya arah pulang ke mess supaya gak kesasar karena udah mau malem. Sesampainya kita pulang, ternyata pondokan itu adalah tempat prostitusi. Kenapa insting hari pertama begitu ya?

No comments:

Post a Comment